Semua Ada Waktunya

by Minggu, Januari 11, 2015 0 komentar


Merupakan keadilan Allah bahwa Dia memberi setiap manusia waktu 24 jam dalam sehari. Rasulullah, Muhammad, punya waktu 24 jam sehari. Abrahah juga punya waktu 24 jam sehari. Umar bin Al-Khattab dan Abu Jahal, juga masing-masing punya waktu 24 jam sehari. Yang membedakan biasanya adalah hasil yang tercipta dari 24 jam itu. Ada yang telah berbuat banyak, ada juga yang tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan dari waktu sedurasi itu ada yang masuk surga, ada juga yang masuk neraka. Sekali lagi, yang membedakan adalah hasilnya.

Dari waktu 24 jam itu, kita semestinya memiliki alokasi yang jelas. Ada waktu untuk Allah, ada waktu untuk keluarga, ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk rekreasi, ada waktu untuk sahabat, dan seterusnya. Hal yang tidak bijak adalah jika seluruh waktu dipakai untuk rekreasi, atau untuk keluarga, misalnya.

Di sinilah pentingnya keseimbangan dalam mengisinya.Tidak semua waktu dipakai untuk sujud dan ruku', karena manusia itu terdiri atas tiga unsur, yakni akal, jasad, dan ruh, yang masing – masing mempunyai kebutuhan. Kebutuhan akal adalah tadabur, membaca dan menganalisa. Kebutuhan jasad adalah makan, minum, dan istirahat. Sedang kebutuhan ruh adalah amal shaleh.

Rasulullah telah mengajarkan umatnya untuk mengalokasikan setiap waktu sesuai pada tempatnya. Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Hanzalah, sahabat senior yang banyak menulis hadits-hadits Rasulullah, suatu ketika ia melewati rumah Abu Bakar dalam keadaan menangis. Melihat keadaan seperti itu, Abu Bakar bertanya, “Ada apa denganmu wahai sahabatku, Hanzalah, mengapa engkau menangis?”. Hanzalah menjawab, “Hanzalah telah dihinggapi sifat munafik wahai Abu Bakar, bagaimana tidak, jikalau kita duduk di samping Rasulullah, sembari mendengarkan nasihat, bimbingan dan petuah-petuahnya yang menyentuh hati, beliau menggambarkan kepada kita kobaran api neraka dan menceritakan tentang surga dengan segala keindahannya, seolah-olah nampak di hadapan kita. Namun, apabila kita kembali lagi bercengkerama dan bersenda gurau dengan keluarga kita, kita tiba-tiba melupakan dunia akhirat yang abadi dan banyak lupa dan kufur kepada Allah.”

Abu Bakar berkata, “Demi Allah, aku juga tidak berbeda denganmu wahai Hanzalah. Aku merasakan hal yang sama. Kalau begitu, mari kita beranjak menuju Rumah Rasulullah,untuk mendiskusikan keadaan ini.” Kedua sahabat itu pun mengarahkan langkah kaki menelusuri jalan menuju Rumah Rasulullah.

Rasulullah menjemputnya dengan senyuman tulus sebagaimana layaknya menyambut seorang kawan setia. “Ada apa denganmu wahai Hanzalah. Mengapa engkau menangis?”

Hanzalah menjawab, “Aku merasa dihinggapi sifat munafik Wahai Rasulullah. Bagaimana tidak, saat duduk di sampingmu, Rasulullah, dan mendengarkan petuah dan bimbinganmu, aku merasa demikian yakin. Namun, saat aku kembali lagi bercengkerama dan bersenda gurau dengan keluarga kami akupun lupa semuanya dan kufur kepada Allah.”

Rasulullah kemudian berkata, “Kalau seandainya kalian terus berada di sisiku untuk diingatkan surga dan neraka maka para malaikat pasti menghampiri majelis-majelis dan berjabat tangan dengan kalian. Para malaikat juga menghampiri kalian di jalan dan di atas pembaringan. Akan tetapi, wahai Hanzalah, segala sesuatu ada waktunya.”



Diadopsi dari Buku “80 Kisah Islami Terbaik”, karya Muhammad Yasir Hal. 65

Ika Setyasari

Developer

Catatan inspirasi dari seorang pembelajar yang selalu berusaha untuk memberikan manfaat kepada semesta ^^ Catatan inspirasi yang insyaAllah akan menjadi saksi pertanggungjawaban kepada Allah kelak :) Selamat datang di Blog saya. Ambil petuah yang baik, buang petuah yang buruk. Catatan Inspirasi juga ada di ikasetyasari.tumblr.com. Kritik dan saran selalu penulis tunggu :)

0 komentar:

Posting Komentar